It's Only You And God! (Written by: Rista Seprida Hulu)
It’s only you and God
Written by: Rista Seprida Hulu
Sore
itu, aku melangkahkan kaki dengan semangat yang tipis segera setelah mendengar
pengumuman dari bidang pelayanan Institut Injil Indonesia yang dengan jelas
mengutusku ke sinode Gereja Protestan Sulawesi Tenggara bersama dengan ketiga
teman lainnya. Hatiku bercampur aduk dengan berbagai perasaan yang mendebarkan.
Yehekiel, Heni, dan Misael menjadi partner
pelayananku.
Ku
ayunkan kedua tanganku mengarah ke langit dan membuang debaran perasaanku lewat
hembusan nafas yang entah mengapa membuatku terlihat sangat pesimis.
***
Sore
itu, bayangan tempat pelayanan seperti sesuatu hal yang sangat mengerikan, akan
ada banyak hal yang akan membuatku tidak nyaman. Ketiga temanku menguatkanku
dengan Firman Tuhan. Heni, menjadi seorang kakak yang dewasa dan sangat
menghibur dengan perkataannya. Misael, menjadi temanku yang sangat
bertanggung-jawab dengan sabar mendengarkan keluhanku. Dan Yehezkiel, yang
sangat antusias dan tegas membuatku termotivasi dengan gerakannya yang lincah
mengatur agenda perjalanan dan sekaligus yang dengan secara tersirat menyuruhku
untuk segera menulis dan menyusun program pelayanan.
***
“Apakah
kalian sudah siap memulai pelayanan ini?” Yehezkiel melontarkan pertanyaan.
“Harus
siap!!” Heni dan Misael menimpali secara bersamaan.
“Well, Rista, kamu jadi sekretaris yang
akan menyusun setiap program yang akan dilaksanakan”, Yehezkiel menegaskan
pernyataannya dengan melirik ke arahku.
“What ? I Won’t !! keluhku dalam hati dan
dengan mengangkat kedua alisku sebagai tanda tidak setuju.
“begini
teman-teman, kita membutuhkan sekretaris, kita perlu sekretaris yang dapat
membuat laporan pelayanan dengan sistematis dan rapi, dan saya ingin kalau
Rista menerima saran ini, bagaimana ?”, Heni bertanya dengan serius menunggu
jawabanku lewat tatapan matanya.
“Sangat
setuju!!”, teriak Yehezkiel dan Misael bersemangat. ****
“Heii,
saya tidak bisa, beri saya opsi supaya memilih, saya tidak siap,” bantahku
kepada mereka.
Aku
melototkan mataku dengan harapan mereka membatalkannya, tapi agaknya mereka
tidak me-respect perkataanku. Karena
aku tidak mau direpotkan dengan hal seperti itu. Keegoisanku sangat terlihat
ketika diperhadapkan dengan kelompok-kelompok.
“Baiklah.”
Jawabku menghindari perdebatan.
***
Keesokan
harinya, (12.45 WIB)
Setelah
semua fix, tiket pesawat,
barang-barang yang diperlukan selama di Sulawesi Tenggara, dan yang lainnya
sudah lengkap, kami ber-empat meninggalkan kampus.
Dari
Djuanda Surabaya Airport, pesawat
akan transit ke Sultan Hasanudin Makassar
Airport, selama kurang lebih 2 jam.
Selama
perjalanan, terlalu sia-sia jika hanya terlelap dalam pesawat. Juga akan
terlalu monoton jika kedua bola mata kita mengarah terus ke jendela pesawat.
Dan akhirnya, saya memutuskan untuk mengisi beberapa TTS sambil sesekali
menahan napas oleh karena bau keringat orang yang berada di sebelahku yang di
ikuti oleh hembusan AC pesawat yang tidak kondusif mengitari sekitar orang
tersebut dengan keadaan tubuh yang tidak pantas di tiru.
“Ouch, What a shit!!”, seruku dalam hati.
Kupandangi
TTS yang sedang ku isi, pikiranku semakin absurd
dan mulai tidak nyaman.
***
Tidak
lama kemudian, aku mulai mengamati seorang ibu dan anaknya sedang melakukan
percakapan tepat di seberang tempatku duduk di bagian kanan pesawat.
“iya
sayang, kita harus mengasihi orang di sekitar kita. Kita harus menerima
pendapat mereka. Jika kita mengasihi mereka, maka kita tidak boleh egois, tidak
boleh mementingkan diri sendiri.” Ibu itu menjelaskan dengan penuh kasih kepada
anaknya. “ya bu, nanti kalau Putri masuk sekolah, Putri mau beritahu ke
teman-teman supaya tidak boleh egois”. Jawab Putri dengan serius.
“Iyaa,
kita tidak boleh egois ya sayang, ingat! Tuhan Yesus mengatakan untuk saling
mendahulukan satu terhadap yang lainnya, Putri masih ingat pesannya bu guru SM
?” jawab ibu mengingatkan anaknya. “ya bu, Putri ingat. Putri kan anaknya Tuhan
Yesus. Pokoknya Putri janji sama Tuhan harus mengasihi, tidak egois. Supaya
Tuhan Yesus Kristus nyata dalam hidup kita anak-anaknya.” Putri menanggapi
dengan polosnya. “Ya sayang, kita harus mendengarkan Firman Tuhan, dan
mengikuti perintah-Nya, dan kita akan baik-baik saja.” Ibunya menegaskan dengan
senyum kepada anaknya.”
***
Tttttttttttt...
”you
listen for that, you follow it, and you will be just fine.”
Sesaat
aku tersadar dibalik pengamatanku terakhir.
Aku
tersadar bahwa aku tidak ada apa-apanya, aku tidak punya apapun. Aku adalah
surat Kristus dan seharusnya aku memiliki karakter Kristus dalam diriku.
Dan aku
gagal..
Aku
terlalu banyak bergurau dengan diri sendiri. Aku pesimis, aku tidak percaya
diri.
Dan saat
itu aku seperti tertampar dengan conversation
sederhana dan singkat tersebut, Roh Kudus memenuhi seluruh jiwaku dan
membangkitkan semangat yang sudah pudar, semangatku membara, tersadar aku
tersenyum kepada diriku sendiri, aku mengarahkan pandangan hatiku kepada Tuhan
yang telah memilih-Ku.
“aku siap
melayani”, kataku bergeming sekaligus berkomitmen kepada diriku sendiri.
***
Beberapa
jam kemudian, (14.45 WITA)
Pesawat Sriwijaya-Air melesat ke pertengahan
arah selatan dan timur dan segera take-off
menuju daratan Sulawesi Tenggara.
Kami di
jemput oleh salah satu staf sinode GEPSULTRA dan saya ditempatkan menuju satu
sektor di klasis Konsel yaitu Jemaat Wolasi, yang secara kuantitas berjumlah
lebih dari 100 KK, dan setelah saya survey ternyata ber-penduduk asli suku
Tolaki.
Saya
disambut dengan kasih Tuhan, dengan kesederhanaan, dengan kebersamaan, dengan
sukacita, dan semua pertanyaan yang sebelumnya memenuhi aspek jiwa saya telah
terjawab semuanya..
***
It’s
only you and God..**
Beberapa
lama berada bersama mereka, melakukan tugas dan tanggung jawab pelayanan di SM,
remaja, pemuda, kaum ibu, kaum bapak, dan lansia menjadikan saya menerima diri
apa adanya, membuat saya mengerti apa dan bagaimana mengasihi mereka,
menjadikan saya lebih Humble dan
bersikap optimis, serta belajar bertanggung-jawab di hadapan Tuhan....
Jemaat
Wolasi, sinode Gereja Protestan Sulawesi Tenggara membuat saya jatuh cinta
untuk melayani mereka, mengikuti kehendak Tuhan untuk bersama dengan mereka,
Jemaat
Wolasi, sinode Gereja Protestan Sulawesi Tenggara telah memberkati saya dengan
kehidupan mereka, menolong saya dan mendukung saya lewat kesederhanaan mereka..
Jemaat
Wolasi, sinode Gereja Protestan Sulawesi Tenggara membuat saya lebih banyak
belajar mengenai sesuatu hal yang saya ataupun kamu bahkan tidak tau, tidak
mengerti dan ketahuilah bahwa apapun itu..,
“Sekarang
Kita Mengetahui
Bahwa
Allah Turut Bekerja
Di
Dalam Segala Perkara,
Jalanilah
semuanya dengan penuh kasih
Serta
tulus hati,
Dan
kita akan beroleh anugrah
Dari
Tuhan Yesus Kristus”.
A Story By Rista Seprida Hulu
Comments
Post a Comment